nama kelompok
1.
vina yuliana 09-089
2.
lydia agustina 10-034
3
anisa gayatri 10-072
Prinsip-Prinsip Belajar
Skinner
(1913) pecaya bahwa psikologi dapat menjadi sains hanya melalui studi
perilaku. Asumsi dasar Skinner terdiri dari deskripsinya tentang sifat
dari ilmu behavioral dan sifat dari proses belajar. Tujuan dari ilmu
pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum relasi yang jelas di
antara kejadian-kejadian di lingkungan. Demikian pula, tugas ilmu
perilaku adalah menemukan kaidah atau relasi di antara kondisi fisik
atau lingkungan dengan prilaku. Akan tetapi mengembangkan ilmu perilaku
itu sulit karena prilaku itu kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu,
dalam mengembangkan ilmu perilaku memiliki masalah, yaitu praktik yang
mendeskripsikan perilaku sebagai “disebabkan” oleh keadaan mental atau
perasaan. Pertama, penjelasan itu menimbulkan isu lain. Kedua, penekanan
pada gejala mental menyebabkan perilaku dianggap hanya sebagai
indikator dari kativitas batin. Ketiga, fokus pada keadaan batin akan
mengalihkan perhatian dari riset yang mungkin mengidentifikasi sumber
masalah dan solusi.
Kemudian
Skinner mulai menggunakan analisis eksperimental dengan analisis model
empiris Pavlov terhadap perubahan perilaku. Pertama, ia hanya membahas
bentuk perilaku tertentu (refleks) yang disebut elicited response karena
respon dimunculkan oleh stimulus tertentu. Kedua, meskipun Pavlov
berhasil mengkondisikan respons yang dimunculkan untuk merespon stimulus
baru, namun modelnya tidak dapat menjelaskan proses belajar perilaku
baru. Bagian kecil dari perilaku yang tidak terkait dengan kejadian atau
kondisi tertentu disebut emitted response.
Namun,
salah satu kritik terhadap riset laboratorium Skinner adalah karena dia
mengaplikasikannya temuannya pada hewan ke manusia.
Definisi Belajar
Skinner
(1950) mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku. Dalam
risetnya, Skinner mendefenisikan variable terikat sebagai perubahan
dalam kemungkinan atau probabilitas dari emitted response. Karena
perilaku itu sulit diukur, maka yang diukur terlebih dahulu adalah
rata-rata atau frekuensi response yang merupakan langkah awal dalam
analisis perubahan perilaku.
Komponen Belajar
Skinner
(1953,1963b) mengidentifikasikan riset Thorndike sebagai basis untuk
memahami perubahan perilaku. Riset ini didiskripsikan sebagai riset
hukum efek, yakni mengidentifikasi hukum dasar untuk perubahan perilaku.
Misalnya, seseorang mencari jalan keluar dari ruangan yang terkunci
untuk bertemu dengan kekasihnya. Ketika dikurung lagi, maka ia akan
melakukan hal yang serupa tanpa tujuan atau niat yang serupa dengan niat
sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa konsep seperti tujuan, niat dan
ekpektansi tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan
(Skinner 1963b, h. 503)
.
Aturan Dasar Perubahan Perilaku
Thorndike
mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku.
Yakni, (a) kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri,
(c) konsekuensi dari perilaku. Salah satu kekurangan dalam analisis
Thorndike adalah dia menyebutkan konsekuensi yang menyebabkan
peningkatan perilaku itu sebagai imbalan (reward). Kemudian Skinner
mengganti istilah imbalan dengan konsekuensi yang menguatkan
(reinforcing consequences) dan penguatan (reinforcement) dan
mendefenisikannya dalam makna kaitannya dengan perilaku. Sinner
mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD) dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah : (SD) – (R) – (Sreinf).
Stimulus Diskriminatif
Setiap
stimulus yang secara konsisten hadir ketika respons menghasilkan
penguatan adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif adalah
stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui asosiasi
berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini menjadi
petunjuk bagi perilaku. Misalnya, ketika anak-anak mendengar sirene
mobil ambulance anak-anak ketakutan, kemudian selang beberapa waktu
anak-anak mendengar sirene mobil polisi anak-anak tidak ketakutan, namun
setelah sirene mobil ambulance dan mobil polisi terdengar dalam waktu
yang sama dalam situasi yang berulang-ulang maka akan menimbulkan
perilaku ketakutan yang sama seperti hanya mendengar sirene mobil
ambulance saja. Stimuli diskriminatif juga dibuat oleh individu untuk
dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan menulis rencana.
Prinsip Utama Penguatan
Prinsip
utama dari penguatan adalah dinamika proses dan factor yang
mempengaruhi penguatan. Agar efektif dalam mengubah perilaku, maka
penguatan harus diberikan bersamaan dengan perilaku yang diharapkan. Dua
proses utama dalam reinforcement yang diberikan adalah variasi dan
seleksi berdasarkan konsekuensi.
Namun
demikian tidak semua konsekuensi perilaku berguna sebagai penguat.
Terkadang perilaku diperkuat secara tidak sengaja. Proses ini
menyebabkan munculnya perilaku takhayul (superstitious). Misalnya,
seseorang menggunakan baju warna biru ketika sedang mengikuti
perlombaan, kemudian dalam perlombaan tersebut ia memenangkan perlombaa.
Lalu, ia berfikir karena bju biru itulah ia menang. Jadi, ketika ia
ingin mengikuti perlombaan lagi maka ia menggunakan baju warna biru.
Jika penguatan dihilangkan, maka perilaku secara perlahan akan menghilang. Hal ini yang disebut dengan extinction.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontingensi Penguatan
Faktor
|
Efek
|
Individual
1. Tingkat keterampilan
2. Sejarah penguatan di masa lalu
3. Anugerah genetik
|
1. Keterampilan yang baru didapat membuka peluang untuk mendapat peluang.
2. Individu akan antuasias, tidak tertarik, atau memahami hasil dari sejarah masa lalu.
3. Tingkat IQ yang berbeda dan kemampuan artistik.
|
Spesies
1. Mekanisme survival yang sukses pada manusia awal
|
1. Mekanisme survival ditransmisikan ke generasi sekarang sebagai penguat.
|
Kategori Penguat
Terdapat tiga klsifikasi umum penguat, yakni : primer/sekunder, umum/digeneralisasikan dan positif/negative.
a. Tipe penguat primer : memperkuat perilaku tanpa pelatihan dan penting bagi survival spesies.
b. Tipe penguat dikondisikan : memperkuat perilaku melalui asosiaso dengan penguat primer atau penguat sekunder yang sudah ada.
c. Tipe penguat digeneralisasikan : penguat social yang diberikan orang lain.
Penguat
yang digeneralisasikan berfungsi sebagai penguat social dan manipulasi
lingkungan sosial yang sukses. Akan tetapi perhatian dari orang lain
terkadang dapat menyebabkan perilaku yang tidak diharapkan muncul.
Contohnya, seseorang yang diejek orang lain akan menyebabkan hubungan
fisik yang tidak disengaja dengan orang yang mengejek. Uang juga dapat
dijadikan sebagai penguat.
Penguat
positif dan negative adalah bentuk lain dari penguatan yang dapat
diberikan. Contoh penguat positif adalah seorang anak yang mendapatkan
ranking memperoleh hadiah dari orang tuanya. Contoh penguat negative ,
agar hidup sehat maka seseorang disarankan untuk berolahraga maka
konsekuensi yang diterima adalah terhindar dari penyakit.
Contoh-contoh interaktif dalam
banyak situasi, baik itu penguatan positif dan penguat negatif sedang
akan berfungsi memperkuat prilaku yang sama. Contohnya setiap kali orang
tuanya menjamu tamu si anak akan menangis dan orang tuanya akan
mengalihkan perhatiannya kepada anak dan berusaha mendiamkannya, anak
tersebut kemudian berhenti menangis. Bagi orang tuanya ketika mereka
mengalihkan perhatian ke anaknya dan membuat anaknya berhenti menangis
menyebabkan pengalihan perhatian menjadi suatu penguatan negatif bagi
orang tua. Sedangkan pada anak setiap kali dia menangis maka orang
tuanya memperhatikannya sehingga menangis menjadi penguat positif bagi
anak.
Hukuman
Tujuan dari hukuman adalah untuk mengurangi frekuensi prilaku tertentu.
Jenis hukuman. Prilaku
mungkin dihukum dengan dua cara yaitu menghilangkan penguat positif dan
penambahan penguat negatif dalam suatu situasi. Hukuman dan penguatan
negatif sama-sama melibatkan stimulus penghindaran namun ada beberapa
perbedaan diantara keduanya yaitu yang pertama adalah dalam penguatan
negatif individu berhasil menghindari situasi menghindar sebaliknya
dalam hukuman individu ditempatkan di situasi menghindar. Yang kedua
jika berhasil menghindari situasi menghindar maka akan memperkuat
prilaku tertentu sedangkan hukuman akan mengurangi prilaku tertentu
secara cepat tapi hanya bersifat temporer.
Efek hukuman. Ada
4 efek hukuman yang tidak diharapkan. Yang pertama adalah hukuman
bukanlah solusi permanen untuk memunculkan/menghilangkan suatu prilaku.
Yang kedua hukuman akan memunculkan reaksi emosional yang tidak
diharapkan seperti marah. Yang ketiga adalah tindakan tertentu yang
bukan prilaku yang tidak diinginkan akan terkena hukuman. Dan yang
terakhir adalah hukuman tidak menghasilkan prilaku yang positif.
Alternatif. Hukuman
memiliki banyak kekurangan dan ada beberapa alternatif selain hukuman.
Yang pertama adalah hindari kondisi yang menyebabkan hukuman menjadi
diperlukan.Yang kedua adalah memperkuat prilaku yang tidak sesuai dengan
prilaku yang tidak diinginkan.
Praktik kultural dan pengondisian berpenguat
Skinner
berpendapat ada 2 level dalam pengondisian prilaku individual. Yang
pertama adalah evolusi biologis dan yang kedua adalah pengaruh budaya.
Contohnya saja orang tua akan mencoba mentransmisikan budayanya kepada
anaknya, pada saat anak mengikuti budaya yang diwariskan orang tuanya
pasti akan senang padanya sehingga akan menjadi penguat yang positif.
Sifat Belajar yang Kompleks.
Suatu aktivitas terdiri dari pola prilaku yang kompleks. Ada beberapa faktor yang berfungsi dalam akuisisi pola prilaku yaitu:
1. Pembentukan
Proses pembentukan (shaping) bertanggung jawab atas semua pola
prilaku kompleks yang lain pada diri orang dewasa. Proses penguatan
pertama yang memprekuat respon yang hanya sedikit mirip dengan respon
yang diharapkan dan memperkuat respon yang hanya memperbaiki respon,
proses ini dinamakan perkiraan penguatan yang berturut-turut
(reinforcing succesive approximations).
2. Jadwal Penguatan
Penguatan
rasio dan penguatan variabel adalah jenis- jenis jadwal penguatan.
Penguatan rasio juga terbagi lagi menjadi tetap atau interval ,
penguatan variabel juga begitu. Ada beberapa perbandingan jadwal rasio
dan interval dalam penguatan.
Penguatan Rasio
|
Penguatan Variabel
|
Penguatan diberikan berdasarkan jumlah respons yang dikeluarkan.
|
Penguatan diberikan berdasarkan waktu yang berjalan.
|
Tetap: jumlah respons yang tetap menimbulkan penguatan misalnya setiap respon ke 5 diberikan penguatan
|
Tetap: Penguatan untuk respon yang tepat pada interval waktu yang konsisten. Misal setiap 10 detik.
|
Variabel: Penguatan diberikan setelah memvariasikan jumlah respon yang tepat misalnya setiap respom ke 1, 5 , 8 dst
|
Variabel:
penguatan diberikan untuk repon yang tepat pada interval waktu yang
bervariasi misalnya setiap 3 detik, 10 detik, 6 detik dsb.
|
3. Konsep Kegunaan Negatif
Dalam
beberapa situasi, jadwal variabel rasio dapat menimbulkan kerugian
jangka panjang bagi subjek. Meskipun pada awalnya menguatkan,penguat
jangka panjang akan menimbulkan penguat negatif yang kuat, yang
dinamakan gejala melepaskan diri (withdrawal symptoms).
4. Prilaku yang Diatur Peraturan (Rule-Governed)
Saran
seperti jangan berkendara sambil menelepon adalah stimuli verbal yang
mengubah daftar prilaku, ini adalah prilaku yang diatur oleh peraturan.
Selain nasehat/saran informal prilaku yang diatur peraturan juga dapat
diperoleh dari pernyataan formal dari prilaku yang dapat diterima,
seperti aturan tata bahasa,ejaan, hukum dll.
Prinsip Pembelajaran
Asumsi Dasar.Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar dikelas menjadi parameter dari teknologi pengajarannya.
Hakikat Pendidikan. Sistem
pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya
tergantung pada pendidikannya. Namun karena jumlah siswa yang terus
bertambah perhatian personal bagi anak murid jarang ditemukan. Anak-anak
murid juga lebih sering ditugaskan mengerjakan tugas di meja
masing-masing padahal mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dikelas.
Berbagai macam rekomendasi untuk mengatasi masalah edukasional antara
lain adalah memperpanjang tahun ajaran dan menyediakan sertifikasi
nasional untuk guru.
Belajar di Latar Ruang Kelas. Ketika
seorang guru bertanggung jawab menangani 20-30 orang dalam suatu waktu,
muncul beberapa masalah pembelajaran. Diantaranya adalah (1) penguatan
positif yang kurang sering; (2) tertundanya waktu lama antara prilaku
dan penguatan;(3) kurangnya program yang mengarahkan anak keserangkaian
prilaku yang medekati prilaku final. Untuk mengatasi masalah ini
dibutuhkan program stimuli dan penguatan ulang yang dipilih secara
cermat. Karena akn dibutuhkan banyak sekali penguatan yang harus
diberikan kepada siswa dan guru belum tentu dapat melakukannya maka
penggunaan teknologi seperti komputer digunakan secara maksimal.Misalnya
seperti aplikasi yang tepat akan memberikan peluang bagi guru untuk
mencurahkan lebih banyak waktu mendengar dan berbicara dengan siswa
individual juga membaca serta mendiskusikan tulisan dan tugas-tugas
siswa lainnya.
Komponen Pembelajaran. Konsep-konsep yang diperkenalkan skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:
a. Stimuli diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa)
b. Kontingensi penguatan
c. Dinamika ruang kelas
Memilih Stimuli Diskriminatif. Pengajaran
terjadi ketika respons muncul untuk pertama kalinya dan diperkuat.
Elemen penting dalam proses ini adalah stimulus diskriminatif. Stimulus
diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga nonverbal.
Stimulus nonverbal dapat mereduksi kebutuhan petunjuk lisan. Dalam
mengajarkan mata pelajaran, diskriminasi stimulus dan generalisasi
stimulus adalah syarat penting dalam mempelajari prilaku verbal yang
lebih kompleks.
Transfer Kontrol Stimulus. Guru
sering kali menunjukan contoh dari suatu prilaku dan mendorong siswa
menirunya seperti pada saat guru mengajarkan cara baca, ia
mendemonstrasikan terlebih dahulu dan mendorong siswa untuk menirunya.
Respon yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu; (1) prilaku diperkuat sendiri, (2) prilaku berada
dalam kontrol stimuli internal.
Isu-isu dalam Memilih Penguat Potensial
Agar
prilaku yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan maka penguatan
harus dilakukan pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu penguat
alamiah dan penguat terencana.
Penguat Alamiah. Kejadian-kejadian
yang ada dalam tata situasi yang memberikan tanggapan non-aversif
disebut penguat alamiah. Pada proses pembelajaran anak akan membaca jika
materinya mudah dipahami. Penelitian juga menemukan bahwa aktivitas
yang disukai anak akan meningkatkan partisipasinya.
Penguat Terencana. Di dalam banyak situasi penggunaan penguat alamiah saja tidak cukup untuk mengubah prilaku.
Masalah dalam kontrol aversif. Dalam
mengontrol kelas guru kadang kala guru menggunakan kontrol aversif
seperti hukuman. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
penggunaan hukuman memiliki beberapa dampak negatif yang tidak baik.
Merancang pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks
Membentuk perilaku manusia. Mengembangkan keterampilan yang kompleks melibatkan unsur-unsur penting yaitu:
a. memicu respon
b. menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku
c. menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk dan isyarat
d. menjadwalkan
penguatan sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat
dan penguatan natural dapat mempertahankan perilaku
langkah
pertama dalam perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku adalah
menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari. Langkah
kedua adalah mengidentifikasi ketermpilan awal dari pemelajar. Langkah
ketiga, memprogram mata pelajaran dengan langkah tertata dan cermat dan
mengajarkan yang utama terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan
serangkaian penguatan, dibuat bila perlu, untuk perilaku yang makin
kompleks atau makin baik.
Mesin pengajaran dan komputer
Mesin pengajaran dirancang untuk memberikan pelajaran berurutan dan
kekuatan penguat untuk konsekuensi langsung, artinya ia memberi
penguatan hanya untuk respon yang benar
Mesin pengajaran awal memberikan penguatan kontingen untuk jawaban yang
benar dalam bentuk: konfirmasi jawaban yang benar, kesempatan untuk
menuju materi baru, kesempatan untuk mengoperasikan peralatan.
Aplikasi dalam pendidikan
Banyak program menggunakan prosedur time-out dan biaya respon. time-out adalah
periode mengasingkan individu untuk sementara dari latar yang
memberikan penguatan. Biaya respon adalah menghilangkan penguat karena
perilaku yang salah dan mengahruskan pembayaran denda. Kedua teknik ini
menggunakan penghilangan penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan
menimbulkan efek samping emosi negatif.
Isu-isu kelas. Isu-isu yang penting untuk pendidikan dibahas sebagai perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku.
Karakteristik pemelajar. Adalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar yang mungkin akan mempengaruhi perolehan perilaku baru
a. perbedaan individual yang berasal dari bakat genetic dan sejarah penguatan
b. kesiapan belajar
c. motivasi
Proses kognitif dan pengajaran. tranfer
belajar, keterampila “cara belajar”, dan pemecahan persoalan adalah
proses kognitif yang sering menjadi focus dari pengajaran.
Implikasi untuk asesmen
a. respon yang dikonstruksi siswa adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku
b. konsep
pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks
mengimplikasikan setidaknya penilaian informal dengan umpan balik
sebagai kemajuan belajar
c. transfer kontrol stimulus adalah syarat untuk perubahan behavioral
konteks sosial untuk belajar. Penguat
yang membutuhkan mediasi dari orang lain disebut sebagai penguat social
mencakup positif seperti perhatian, persetujuan dan afeksi dan stimuli
aversif dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan dan pelecehan.
Kaitan dengan perspektif lain. Aplikasi
pengkondisian berpenguat untuk prioritas perspektif teoritis yang lain
terletak pada implementasi penguatan untuk mengembangkan perilaku yang
kompleks. Pengkondisian berpenguat tidak akan mendukung pemberian
masalah terbuka atau tugas untuk kelompok anak tanpa adanya pengajaran
perilaku yang diperlukan terlebih dahulu.
Mengembangkan strategi kelas
Dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara:
a. menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat
b. mengimplementasikan langkah-langkah pembentukan didalam pengajaran
c. menyusun materi pengajaran yang diindividualisasikan
mengembangkan iklim kelas yang positif
pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh skinner dikelas dapat menggunakan langkah- langkah sebagai berikut:
- langkah 1: analisis lingkungan sekarang
- langkah 2: buat daftar penguat positif potensial
- langkah 3: memilih sekuensi perilaku yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan penguat
- langkah 4: mengimplementasikan sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika diperlukan
pemrograman pengajaran
program
untuk pengembangan perilaku verbal harus didesain untuk membawa siswa
dari ketidaktahuan menju kemahiran dalam satu atau lebih keterampilan.
Langkah- langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan respon
yang terstruktur.
- langkah 1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasai dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari
- langkah 2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan konfirmasi respons
- langkah 3: review konsekuensi frame, tata ulang jika perlu
- langkah 4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa dan revisi jika perlu
Ringkasan teori Skinner
Elemen dasar
|
definisi
|
Asumsi
|
Perubahan perilaku adalah fungsi dari kondisi dan kejadian lingkungan
|
Belajar
|
Perubahan dalam perilaku direpresentasikan dengan meningkatnya frekuensi respon
|
Keluaran (hasil) belajar
|
Respons baru (perilaku)
|
Komponen belajar
|
Sd – R – Sreinf
|
Desain pengajaran untuk belajar yang kompleks
|
Desain sekuemsi stimuli- respon- penguatan untuk mengembangkan seperangkat respons yang kompleks
|
Isu- isu utama dalam desain pengajaran
|
Transfer stimulus kontrol, waktu penguatan, menghindari penggunaan hukuman
|
Analisi teknologi
|
|
kelemahan
|
Teknologi untuk situasi yang komples masih belum lengkap, analisis yang sukses bergantung pada keterampilan pengembangannya.
|
Frekuensi respon sulit diaplikasikan sebagai ukuran probabilitas untuk perilaku yang kompleks
|
Kontribusi pada praktik di kelas
|
Analisis keadaan seperti “kesiapan” dan “motivasi”
|
Analisis praktik kelas aversif dan situasi kelas interaktif
|
Individualisasi materi belajar: mesin pengajaran, mikrokomputer
|