Rabu, 26 September 2012

Tugas Tabel 1.2 dan Gambar 1.1


Fungsi umum teori belajar (tabel 1.2)
Fungsi
Contoh
Sebagai kerangka riset
Ketika saya mendapatkan nilai yang bagus saya dibelikan berbagai macam buku bacaan oleh orang tua saya, hal ini supaya saya tetap mendapatkan dan mempertahankan nilai yng saya dapat agar tetap bagus. Dalam pengalaman ini berlaku penguatan atau reinforcement berkaitan dengan teori Thorndike. Dari pengalaman ini terdapat satu konsekuensi dari perilaku yang saya tampilkan, konsekuensi tersebut berupa pemberian buku darri orang tua saya yang akan digunakan sebagai konsekuensi dari proses belajar
Memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi
Sewaktu pendidikan SD kami diajarkan bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bulat. Lalu merangkai bentuk tersebut menajdi suatu bentuk benda 3 dimensi, sehingga dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
Mengidentifikasi sifat dari peristiwa yang kompleks
Sewaktu berebut minuman dengan kakak saya saya memilih gelas yang tinggi dan panjang karena saya beranggapan lebih banyak isinya dari pada punya kakak saya yang ditaruh ke gelas yang pendek namun lebar.
Mereorganisasi pengalaman sebelumnya
Sewaktu kecil saya melihat ibu saya memakai lipstik ketika ingin bepergian, saya merasa memakai lipstik adalah satu hal yang menarik sehingga saya ikut mencoba memakai lipstik punya ibu saya. Dari sini terdapat perilaku imitasi dari teori kognitif bandura, dimana anak belajar melalui perilaku meniru dari lingkungannya.
Bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa
Saya sangat suka dengan roti, sehingga Sewaktu ayah saya pulang bekerja, beliau selalu membawakan saya roti sehingga saya merasa senang, sehingga setiap ayah pualng bekerja saya selalu merasa senang

Perspektif psikologis tentang faktor-faktor utama dalam belajar (gambar 1.1)
1. perspektif behavioris :
Contoh :Ketika saya mendapatkan nilai yang bagus saya dibelikan berbagai macam buku bacaan oleh orang tua saya, hal ini supaya saya tetap mendapatkan dan mempertahankan nilai yang saya dapat agar tetap bagus. Dalam pengalaman ini berlaku penguatan atau reinforcement berkaitan dengan teori Thorndike. Dari pengalaman ini terdapat satu konsekuensi dari perilaku yang saya tampilkan, konsekuensi tersebut berupa pemberian buku darri orang tua saya yang akan digunakan sebagai konsekuensi dari proses belajar
Penjelasan :pengalaman pribadi berkaitan dengan perspektif behavioris yaitu teori Thorndike dimana terdapat stimulus yang diberikan penguatan berupa pemberian buku bacaan oleh orang tua saya.
2. perspektif behavioris :
Contoh : Saya sangat suka dengan roti, sehingga Sewaktu ayah saya pulang bekerja, beliau selalu membawakan saya roti sehingga saya merasa senang, sehingga setiap ayah pualng bekerja saya selalu merasa senang
Penjelasan : pengalaman pribadi berkaitan dengan pengkondisian klasik perspektif behavioris dimana terdapat UCS uang didentik dengan CS yang menghasilkan CR .
3. perspektif interaksionis :
Contoh : Sewaktu kecil saya melihat ibu saya memakai lipstik ketika ingin bepergian, saya merasa memakai lipstik adalah satu hal yang menarik sehingga saya ikut mencoba memakai lipstik punya ibu saya. Dari sini terdapat perilaku imitasi dari teori kognitif bandura, dimana anak belajar melalui perilaku meniru dari lingkungannya.
Penjelasan : pengalamn pribadi berkaitan dengan teori kognitif Bandura dimana anak- anak belajar perilaku dari meniru lingkungan sekitarnya. Hal ini terlihat pada contoh pengalaman pribadi yang saya alami.

4. perspektif interaksionis:
Contoh : Sewaktu pendidikan SD kami diajarkan bentuk geometris, bujur sangkar, jajaran genjang, bulat. Lalu merangkai bentuk tersebut menjadi suatu bentuk benda 3 dimensi, sehingga dapat mengenal bola yang bulat, kotak yang bujur sangkar.
Penjelasan :pengalaman pribadi berkaitan dengan kondisi belajar Gagne dimana Mengenal suatu bentuk-bentuk tertentu dan menghubungkan bentuk- bentuk rangkaian verbal tertentu seperti lingkaran dengan bola.
5. teori perkembangan interaksionis :
Contoh : Sewaktu berebut minuman dengan kakak saya saya memilih gelas yang tinggi dan panjang karena saya beranggapan lebih banyak isinya dari pada punya kakak saya yang ditaruh ke gelas yang pendek namun lebar
Penjelasan : pengalaman pribadi berkaian dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget, dimana saya mengalami pengalaman tersebut berada pada tahap pra operasional


Pembahasan kelompok

1. vina yuliana 09-089
2. anisah gayatri 10-072
3. lydia agustina 10-034 
 
Dasar- dasar belajar dari teori skinner adalah: adanya penguatan atau hukuman untuk mempertahankan perilaku atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini terlihat pada pengalaman pribadi masing-masing anggota kelompok pada kasus 2 dan 3 terlihat adanya penguatan yang mengakibatkan perilaku yang diinginkan atau diharapkan muncul kembali. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila menginginkan perilaku yang diharapkan muncul kembali yaitu konsekuensi dari pemberian penguatan serta waktu pemberian penguatan. Apabila penguatan yang diberikan tidak langsung diberikan, maka frekuensi perilaku akan menurun. Pada kasus ke 3 terlihat adanya konsekuensi penguatan yang diberikan karena anak diajak jalan-jalan setiap minggu karena telah membantu orang tuannya. Pada kasus yang ke 2 terlihat adanya pengaruh dari waktu pemberian pujian .
 
Skinner juga menungkapkan bahwa teknik kontrol paling umum adalah punisment. Pada kasus 1 dapat dilihat pengaruh dari punisment. Skinner juga menyebutkan beberapa dampak negatif dari pemberian hukuman seperti memunculkan reaksi emosional yang tidak diharapkan seperti pada kasus 1 yaitu  muncul rasa kesal.

Selasa, 25 September 2012

Sabtu, 15 September 2012

Pengalaman Hidup yang dapat dijelaskan melalui teori Skinner


nama kelompok :
 
Nama   : Vina Yuliana (09-089)

Sewaktu kecil saya disuru untuk membantu orang tua mencuci piring setiap sore hari. Saya dijanjikan diajak jalan-jalan oleh orang tua saya setiap akhir pekan apabila saya rutin mencuci piring setiap sore hari. Akhirnya saya tertarik dengan hadiah jalan- jalan tersebut sehingga saya mau mengerjakan pekerjaan tersebut. Sampai sekarang meskipun saya tidak lagi dihadiahi jalan-jalan setiap akhir pekan saya tetap membantu orang tua saya mencuci piring setiap sore hari.

Pembahasan
Dalam kasus ini yang menjadi penguat adalah adanya hadiah dari orang tua saya berupa jalan-jalan diakhir pekan. Penguatan diberikan setiap seminggu sekali disebut dengan fixed interval. Dengan adanya penguat yang berupa hadiah jalan-jalan perilaku mencuci piring menjadi tetap muncul sampai sekarang

Pembahasan kelompok
Dasar- dasar belajar dari teori skinner adalah: adanya penguatan atau hukuman untuk mempertahankan perilaku atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini terlihat pada pengalaman pribadi masing-masing anggota kelompok pada kasus 2 dan 3 terlihat adanya penguatan yang mengakibatkan perilaku yang diinginkan atau diharapkan muncul kembali. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi apabila menginginkan perilaku yang diharapkan muncul kembali yaitu konsekuensi dari pemberian penguatan serta waktu pemberian penguatan. Apabila penguatan yang diberikan tidak langsung diberikan, maka frekuensi perilaku akan menurun. Pada kasus ke 3 terlihat adanya konsekuensi penguatan yang diberikan karena anak diajak jalan-jalan setiap minggu karena telah membantu orang tuannya. Pada kasus yang ke 2 terlihat adanya pengaruh dari waktu pemberian pujian .
Skinner juga menungkapkan bahwa teknik kontrol paling umum adalah punisment. Pada kasus 1 dapat dilihat pengaruh dari punisment. Skinner juga menyebutkan beberapa dampak negatif dari pemberian hukuman seperti memunculkan reaksi emosional yang tidak diharapkan seperti pada kasus 1 yaitu  muncul rasa kesal.


Minggu, 09 September 2012

Pengkondisian Berpenguat Skinner

nama kelompok
1. vina yuliana 09-089
2. lydia agustina 10-034
3 anisa gayatri 10-072

Prinsip-Prinsip Belajar
Skinner (1913) pecaya bahwa psikologi dapat menjadi sains hanya melalui studi perilaku. Asumsi dasar Skinner terdiri dari deskripsinya tentang sifat dari ilmu behavioral dan sifat dari proses belajar. Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum-hukum relasi yang jelas di antara kejadian-kejadian di lingkungan. Demikian pula, tugas ilmu perilaku adalah menemukan kaidah atau relasi di antara kondisi fisik atau lingkungan dengan prilaku. Akan tetapi mengembangkan ilmu perilaku itu sulit karena prilaku itu kompleks dan bervariasi. Oleh karena itu, dalam mengembangkan ilmu perilaku memiliki masalah, yaitu praktik yang mendeskripsikan perilaku sebagai “disebabkan” oleh keadaan mental atau perasaan. Pertama, penjelasan itu menimbulkan isu lain. Kedua, penekanan pada gejala mental menyebabkan perilaku dianggap hanya sebagai indikator dari kativitas batin. Ketiga, fokus pada keadaan batin akan mengalihkan perhatian dari riset yang mungkin mengidentifikasi sumber masalah dan solusi.
Kemudian Skinner mulai menggunakan analisis eksperimental dengan analisis model empiris Pavlov terhadap perubahan perilaku. Pertama, ia hanya membahas bentuk perilaku tertentu (refleks) yang disebut elicited response karena respon dimunculkan oleh stimulus tertentu. Kedua, meskipun Pavlov berhasil mengkondisikan respons yang dimunculkan untuk merespon stimulus baru, namun modelnya tidak dapat menjelaskan proses belajar perilaku baru. Bagian kecil dari perilaku yang tidak terkait dengan kejadian atau kondisi tertentu disebut emitted response.
Namun, salah satu kritik terhadap riset laboratorium Skinner adalah karena dia mengaplikasikannya temuannya pada hewan ke manusia.

Definisi Belajar
Skinner (1950) mendefenisikan belajar sebagai perubahan perilaku. Dalam risetnya, Skinner mendefenisikan variable terikat sebagai perubahan dalam kemungkinan atau probabilitas dari emitted response. Karena perilaku itu sulit diukur, maka yang diukur terlebih dahulu adalah rata-rata atau frekuensi response yang merupakan langkah awal dalam analisis perubahan perilaku.
Komponen Belajar
Skinner (1953,1963b) mengidentifikasikan riset Thorndike sebagai basis untuk memahami perubahan perilaku. Riset ini didiskripsikan sebagai riset hukum efek, yakni mengidentifikasi hukum dasar untuk perubahan perilaku. Misalnya, seseorang mencari jalan keluar dari ruangan yang terkunci untuk bertemu dengan kekasihnya. Ketika dikurung lagi, maka ia akan melakukan hal yang serupa tanpa tujuan atau niat yang serupa dengan niat sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa konsep seperti tujuan, niat dan ekpektansi tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku di masa depan (Skinner 1963b, h. 503)
.
Aturan Dasar Perubahan Perilaku
Thorndike mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku. Yakni, (a) kesempatan dimana perilaku terjadi, (b) perilaku itu sendiri, (c) konsekuensi dari perilaku. Salah satu kekurangan dalam analisis Thorndike adalah dia menyebutkan konsekuensi yang menyebabkan peningkatan perilaku itu sebagai imbalan (reward). Kemudian Skinner mengganti istilah imbalan dengan konsekuensi yang menguatkan (reinforcing consequences) dan penguatan (reinforcement) dan mendefenisikannya dalam makna kaitannya dengan perilaku. Sinner mengidentifikasi tiga komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif (SD) dan stimulus penguat (Sreinf) dan sekuensi peristiwa belajar adalah : (SD) – (R) – (Sreinf).

Stimulus Diskriminatif
Setiap stimulus yang secara konsisten hadir ketika respons menghasilkan penguatan adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif adalah stimulus yang tidak menimbulkan respon. Namun, melalui asosiasi berulang-ulang dengan respon penguat, stimulus diskriminatif ini menjadi petunjuk bagi perilaku. Misalnya, ketika anak-anak mendengar sirene mobil ambulance anak-anak ketakutan, kemudian selang beberapa waktu anak-anak mendengar sirene mobil polisi anak-anak tidak ketakutan, namun setelah sirene mobil ambulance dan mobil polisi terdengar dalam waktu yang sama dalam situasi yang berulang-ulang maka akan menimbulkan perilaku ketakutan yang sama seperti hanya mendengar sirene mobil ambulance saja. Stimuli diskriminatif juga dibuat oleh individu untuk dirinya sendiri, seperti menyusun daftar dan menulis rencana.

Prinsip Utama Penguatan
Prinsip utama dari penguatan adalah dinamika proses dan factor yang mempengaruhi penguatan. Agar efektif dalam mengubah perilaku, maka penguatan harus diberikan bersamaan dengan perilaku yang diharapkan. Dua proses utama dalam reinforcement yang diberikan adalah variasi dan seleksi berdasarkan konsekuensi.
Namun demikian tidak semua konsekuensi perilaku berguna sebagai penguat. Terkadang perilaku diperkuat secara tidak sengaja. Proses ini menyebabkan munculnya perilaku takhayul (superstitious). Misalnya, seseorang menggunakan baju warna biru ketika sedang mengikuti perlombaan, kemudian dalam perlombaan tersebut ia memenangkan perlombaa. Lalu, ia berfikir karena bju biru itulah ia menang. Jadi, ketika ia ingin mengikuti perlombaan lagi maka ia menggunakan baju warna biru.
Jika penguatan dihilangkan, maka perilaku secara perlahan akan menghilang. Hal ini yang disebut dengan extinction.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontingensi Penguatan
Faktor
Efek
Individual
1.      Tingkat keterampilan
2.      Sejarah penguatan di masa lalu
3.      Anugerah genetik
1.      Keterampilan yang baru didapat membuka peluang untuk mendapat peluang.
2.      Individu akan antuasias, tidak tertarik, atau memahami hasil dari sejarah masa lalu.
3.      Tingkat IQ yang berbeda dan kemampuan artistik.
Spesies
1.      Mekanisme survival yang sukses pada manusia awal
1.      Mekanisme survival ditransmisikan ke generasi sekarang sebagai penguat.
Kategori Penguat
Terdapat tiga klsifikasi umum penguat, yakni : primer/sekunder, umum/digeneralisasikan dan positif/negative.
a.       Tipe penguat primer : memperkuat perilaku tanpa pelatihan dan penting bagi survival spesies.
b.      Tipe penguat dikondisikan : memperkuat perilaku melalui asosiaso dengan penguat primer atau penguat sekunder yang sudah ada.
c.       Tipe penguat digeneralisasikan : penguat social yang diberikan orang lain.
Penguat yang digeneralisasikan berfungsi sebagai penguat social dan manipulasi lingkungan sosial yang sukses. Akan tetapi perhatian dari  orang lain terkadang dapat menyebabkan perilaku yang tidak diharapkan muncul. Contohnya, seseorang yang diejek orang lain akan menyebabkan hubungan fisik yang tidak disengaja dengan orang yang mengejek. Uang juga dapat dijadikan sebagai penguat.
Penguat positif dan negative adalah bentuk lain dari penguatan yang dapat diberikan. Contoh penguat positif adalah seorang anak yang mendapatkan ranking memperoleh hadiah dari orang tuanya. Contoh penguat negative , agar hidup sehat maka seseorang disarankan untuk berolahraga maka konsekuensi yang diterima adalah terhindar dari penyakit.

Contoh-contoh interaktif dalam banyak situasi, baik itu penguatan positif dan penguat negatif sedang akan berfungsi memperkuat prilaku yang sama. Contohnya setiap kali orang tuanya menjamu tamu si anak akan menangis dan orang tuanya akan mengalihkan perhatiannya kepada anak dan berusaha mendiamkannya, anak tersebut kemudian berhenti menangis.  Bagi orang tuanya ketika mereka mengalihkan perhatian ke anaknya dan membuat anaknya berhenti menangis menyebabkan pengalihan perhatian menjadi suatu penguatan negatif bagi orang tua. Sedangkan pada anak setiap kali dia menangis maka orang tuanya memperhatikannya sehingga menangis menjadi penguat positif bagi anak.

Hukuman
Tujuan dari hukuman adalah untuk mengurangi frekuensi prilaku tertentu.

Jenis hukuman. Prilaku mungkin dihukum dengan dua cara yaitu menghilangkan penguat positif dan penambahan penguat negatif dalam suatu situasi. Hukuman dan penguatan negatif sama-sama melibatkan stimulus penghindaran namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya yaitu yang pertama adalah dalam penguatan negatif individu berhasil menghindari situasi menghindar sebaliknya dalam hukuman individu ditempatkan di situasi menghindar. Yang kedua jika berhasil menghindari situasi menghindar maka akan memperkuat prilaku tertentu sedangkan hukuman akan mengurangi prilaku tertentu secara cepat tapi hanya bersifat temporer.

Efek hukuman. Ada 4 efek hukuman yang tidak diharapkan. Yang pertama adalah hukuman bukanlah solusi permanen untuk memunculkan/menghilangkan suatu prilaku. Yang kedua hukuman akan memunculkan reaksi emosional yang tidak diharapkan seperti marah. Yang ketiga adalah tindakan tertentu yang bukan prilaku yang tidak diinginkan akan terkena hukuman. Dan yang terakhir adalah hukuman tidak menghasilkan prilaku yang positif.

Alternatif. Hukuman memiliki banyak kekurangan dan ada beberapa alternatif selain hukuman. Yang pertama adalah hindari kondisi yang menyebabkan hukuman menjadi diperlukan.Yang kedua adalah memperkuat prilaku yang tidak sesuai dengan prilaku yang tidak diinginkan.

Praktik kultural dan pengondisian berpenguat
Skinner berpendapat ada 2 level dalam pengondisian prilaku individual. Yang pertama adalah evolusi biologis dan yang kedua adalah pengaruh budaya. Contohnya saja orang tua akan mencoba mentransmisikan budayanya kepada anaknya, pada saat anak mengikuti budaya yang diwariskan orang tuanya pasti akan senang padanya sehingga akan menjadi penguat yang positif.

Sifat Belajar yang Kompleks.
Suatu aktivitas terdiri dari pola prilaku yang kompleks. Ada beberapa faktor yang berfungsi dalam akuisisi pola prilaku yaitu:
1.      Pembentukan
          Proses pembentukan (shaping) bertanggung jawab atas semua pola prilaku kompleks yang lain pada diri orang dewasa. Proses penguatan pertama yang memprekuat respon yang hanya sedikit mirip dengan respon yang diharapkan dan memperkuat respon yang hanya memperbaiki respon, proses ini dinamakan perkiraan penguatan yang berturut-turut (reinforcing succesive approximations).
2.      Jadwal Penguatan
Penguatan rasio dan penguatan variabel adalah jenis- jenis jadwal penguatan. Penguatan rasio juga terbagi lagi menjadi tetap atau interval , penguatan variabel juga begitu. Ada beberapa perbandingan jadwal rasio dan interval dalam penguatan.
Penguatan Rasio
Penguatan Variabel
Penguatan diberikan berdasarkan jumlah respons yang dikeluarkan.
Penguatan diberikan berdasarkan waktu yang berjalan.
Tetap: jumlah respons yang tetap menimbulkan penguatan misalnya setiap respon ke 5 diberikan penguatan
Tetap: Penguatan untuk respon yang tepat pada interval waktu yang konsisten. Misal setiap 10 detik.
Variabel: Penguatan diberikan setelah memvariasikan jumlah respon yang tepat misalnya setiap respom ke 1, 5 , 8 dst
Variabel: penguatan diberikan untuk repon yang tepat pada interval waktu yang bervariasi misalnya setiap 3 detik, 10 detik, 6 detik dsb.

3.      Konsep Kegunaan Negatif
Dalam beberapa situasi, jadwal variabel rasio dapat menimbulkan kerugian jangka panjang bagi subjek. Meskipun pada awalnya menguatkan,penguat jangka panjang akan menimbulkan penguat negatif yang kuat, yang dinamakan gejala melepaskan diri (withdrawal symptoms).
4.      Prilaku yang Diatur Peraturan (Rule-Governed)
Saran seperti jangan berkendara sambil menelepon adalah stimuli verbal yang mengubah daftar prilaku, ini adalah prilaku yang diatur oleh peraturan. Selain nasehat/saran informal prilaku yang diatur peraturan juga dapat diperoleh dari pernyataan formal dari prilaku yang dapat diterima, seperti aturan tata bahasa,ejaan, hukum dll.

Prinsip Pembelajaran
Asumsi Dasar.Keyakinan skinner tentang hakikat sekolah dan belajar dikelas menjadi parameter dari teknologi pengajarannya.
Hakikat Pendidikan. Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung pada pendidikannya. Namun karena jumlah siswa yang terus bertambah perhatian personal bagi anak murid jarang ditemukan. Anak-anak murid juga lebih sering ditugaskan mengerjakan tugas di meja masing-masing padahal mereka dapat berpartisipasi lebih aktif dikelas. Berbagai macam rekomendasi untuk mengatasi masalah edukasional antara lain adalah memperpanjang tahun ajaran dan menyediakan sertifikasi nasional untuk guru.

Belajar di Latar Ruang Kelas. Ketika seorang guru bertanggung jawab menangani 20-30 orang dalam suatu waktu, muncul beberapa masalah pembelajaran. Diantaranya adalah (1) penguatan positif yang kurang sering; (2) tertundanya waktu lama antara prilaku dan penguatan;(3) kurangnya program yang mengarahkan anak keserangkaian prilaku yang medekati prilaku final. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan program stimuli dan penguatan ulang yang dipilih secara cermat. Karena akn dibutuhkan banyak sekali penguatan yang harus diberikan kepada siswa dan guru belum tentu dapat melakukannya maka penggunaan teknologi seperti komputer digunakan secara maksimal.Misalnya seperti aplikasi yang tepat akan memberikan peluang bagi guru untuk mencurahkan lebih banyak waktu mendengar dan berbicara dengan siswa individual juga membaca serta mendiskusikan tulisan dan tugas-tugas siswa lainnya.

Komponen Pembelajaran. Konsep-konsep yang diperkenalkan skinner untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang kelas antara lain:
a.       Stimuli diskriminatif (kejadian spesifik yang akan direspon oleh siswa)
b.      Kontingensi penguatan
c.       Dinamika ruang kelas

Memilih Stimuli Diskriminatif. Pengajaran terjadi ketika respons muncul untuk pertama kalinya dan diperkuat. Elemen penting dalam proses ini adalah stimulus diskriminatif. Stimulus diskriminatif tidak harus berbentuk verbal namun juga nonverbal. Stimulus nonverbal dapat mereduksi kebutuhan petunjuk lisan. Dalam mengajarkan mata pelajaran, diskriminasi stimulus dan generalisasi stimulus adalah syarat penting dalam mempelajari prilaku verbal yang lebih kompleks.

Transfer Kontrol Stimulus. Guru sering kali menunjukan contoh dari suatu prilaku dan mendorong siswa menirunya seperti pada saat guru mengajarkan cara baca, ia mendemonstrasikan terlebih dahulu dan mendorong siswa untuk menirunya. Respon yang muncul dari murid harus dikontrol yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu; (1) prilaku diperkuat sendiri, (2) prilaku berada dalam kontrol stimuli internal.

Isu-isu dalam Memilih Penguat Potensial
Agar prilaku yang diinginkan dapat muncul dan dipertahankan maka penguatan harus dilakukan pada saat yang tepat. Ada 2 tipe penguat yaitu penguat alamiah dan penguat terencana.

Penguat Alamiah. Kejadian-kejadian yang ada dalam tata situasi yang memberikan tanggapan non-aversif disebut penguat alamiah. Pada proses pembelajaran anak akan membaca jika materinya mudah dipahami. Penelitian juga menemukan bahwa aktivitas yang disukai anak akan meningkatkan partisipasinya.

Penguat Terencana. Di dalam banyak situasi penggunaan penguat alamiah saja tidak cukup untuk mengubah prilaku.

Masalah dalam kontrol aversif. Dalam mengontrol kelas guru kadang kala guru menggunakan kontrol aversif seperti hukuman. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya penggunaan hukuman memiliki beberapa dampak negatif yang tidak baik.

Merancang pembelajaran untuk keterampilan yang kompleks
Membentuk perilaku manusiaMengembangkan keterampilan yang kompleks melibatkan unsur-unsur penting yaitu:
a.       memicu respon
b.      menguatkan peningkatan atau perbaikan yang halus dalam perilaku
c.       menyediakan transfer kontrol stimulus dengan secara bertahap menarik petunjuk dan isyarat
d.      menjadwalkan penguatan sehingga rasio penguatan dengan respon pelan-pelan meningkat dan penguatan natural dapat mempertahankan perilaku
langkah pertama dalam perencanaan pembelajaran untuk membentuk perilaku adalah menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang hendak dipelajari. Langkah kedua adalah mengidentifikasi ketermpilan awal dari pemelajar. Langkah ketiga, memprogram mata pelajaran dengan langkah tertata dan cermat dan mengajarkan yang utama terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan serangkaian penguatan, dibuat bila perlu, untuk perilaku yang makin kompleks atau makin baik.

      Mesin pengajaran dan komputer
            Mesin pengajaran dirancang untuk memberikan pelajaran berurutan dan kekuatan penguat untuk konsekuensi langsung, artinya ia memberi penguatan hanya untuk respon yang benar
            Mesin pengajaran awal memberikan penguatan kontingen untuk jawaban yang benar dalam bentuk: konfirmasi jawaban yang benar, kesempatan untuk menuju materi baru, kesempatan untuk mengoperasikan peralatan.

Aplikasi dalam pendidikan
Banyak program menggunakan prosedur time-out dan biaya respon. time-out adalah periode mengasingkan individu untuk sementara dari latar yang memberikan penguatan. Biaya respon adalah menghilangkan penguat karena perilaku yang salah dan mengahruskan pembayaran denda. Kedua teknik ini menggunakan penghilangan penguat, mereka adalah sebentuk hukuman dan menimbulkan efek samping emosi negatif.

Isu-isu kelasIsu-isu yang penting untuk pendidikan dibahas sebagai perilaku atau sebagai stimuli yang menimbulkan perubahan perilaku.

Karakteristik pemelajarAdalah perilaku tertentu yang dibawa siswa ke situasi belajar yang mungkin akan mempengaruhi perolehan perilaku baru
a.       perbedaan individual yang berasal dari bakat genetic dan sejarah penguatan
b.      kesiapan belajar
c.       motivasi

Proses kognitif dan pengajarantranfer belajar, keterampila “cara belajar”, dan pemecahan persoalan adalah proses kognitif yang sering menjadi focus dari pengajaran.

Implikasi untuk asesmen
a.                          respon yang dikonstruksi siswa adalah penting untuk menentukan perubahan perilaku
b.                          konsep pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar
c.                          transfer kontrol stimulus adalah syarat untuk perubahan behavioral

konteks sosial untuk belajarPenguat yang membutuhkan mediasi dari orang lain disebut sebagai penguat social mencakup positif seperti perhatian, persetujuan dan afeksi dan stimuli aversif dari ketidaksetujuan, hinaan, ejekan dan pelecehan.

Kaitan dengan perspektif lainAplikasi pengkondisian berpenguat untuk prioritas perspektif teoritis yang lain terletak pada implementasi penguatan untuk mengembangkan perilaku yang kompleks. Pengkondisian berpenguat tidak akan mendukung pemberian masalah terbuka atau tugas untuk kelompok anak tanpa adanya pengajaran perilaku yang diperlukan terlebih dahulu.

Mengembangkan strategi kelas
Dapat menggunakan teknologi Skinner dengan 3 cara:
a.       menggunakan stimuli diskriminatif dan penguatan dalam interaksi di kelas secara tepat
b.      mengimplementasikan langkah-langkah pembentukan didalam pengajaran
c.       menyusun materi pengajaran yang diindividualisasikan

mengembangkan iklim kelas yang positif
pengaplikasian teknologi yang dikembangkan oleh skinner dikelas dapat menggunakan langkah- langkah sebagai berikut:
-          langkah 1: analisis lingkungan sekarang
-          langkah 2: buat daftar penguat positif potensial
-          langkah 3: memilih sekuensi perilaku yang akan diimplementasikan awal di kelas. Masukkan stimuli diskriminatif dan penguat
-          langkah 4: mengimplementasikan sekuensi perilaku, menjaga catatan anecdotal dan membuat perubahan jika diperlukan

pemrograman pengajaran
program untuk pengembangan perilaku verbal harus didesain untuk membawa siswa dari ketidaktahuan menju kemahiran dalam satu atau lebih keterampilan. Langkah- langkah berikut direkomendasikan dalam mengembangkan respon yang terstruktur.
-          langkah 1: mengidentifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasai dan menganalisis pokok pelajaran yang akan dipelajari
-          langkah 2: mengembangkan konsekuensi frame awal dan konfirmasi respons
-          langkah 3: review konsekuensi frame, tata ulang jika perlu
-          langkah 4: implementasikan pengajaran pada beberapa siswa dan revisi jika perlu
Ringkasan teori Skinner
Elemen dasar
definisi
Asumsi
Perubahan perilaku adalah fungsi dari kondisi dan kejadian lingkungan
Belajar
Perubahan dalam perilaku direpresentasikan dengan meningkatnya frekuensi respon
Keluaran (hasil) belajar
Respons baru (perilaku)
Komponen belajar
Sd – R – Sreinf
Desain pengajaran untuk belajar yang kompleks
Desain sekuemsi stimuli- respon- penguatan untuk mengembangkan seperangkat respons yang kompleks
Isu- isu utama dalam desain pengajaran
Transfer stimulus kontrol, waktu penguatan, menghindari penggunaan hukuman
Analisi teknologi
kelemahan
Teknologi untuk situasi yang komples masih belum lengkap, analisis yang sukses bergantung pada keterampilan pengembangannya.
Frekuensi respon sulit diaplikasikan sebagai ukuran probabilitas untuk perilaku yang kompleks
Kontribusi pada praktik di kelas
Analisis keadaan seperti “kesiapan” dan “motivasi”
Analisis praktik kelas aversif dan situasi kelas interaktif
Individualisasi materi belajar: mesin pengajaran, mikrokomputer